Sabtu, 15 Juni 2013

Prasangka—Masalah Sedunia

Prasangka—Masalah Sedunia

JONATHAN, seorang pria Korea kelahiran Amerika, menjadi korban prasangka ras semasa kecil. Setelah dewasa, ia memutuskan pindah ke tempat baru, dengan harapan penduduk di sana tidak akan menilai dia berdasarkan wajah atau rasnya. Ia pun bekerja sebagai dokter di sebuah kota di utara Alaska, AS, di mana ia kelihatan mirip dengan banyak pasiennya. Ia berharap, mungkin di tengah dinginnya Lingkar Arktik, ia akhirnya terbebas dari dinginnya prasangka yang lebih menusuk.
Harapannya hancur ketika ia mengobati seorang wanita berusia 25 tahun. Sewaktu wanita itu tersadar dari koma dan melihat wajah Jonathan, ia langsung melontarkan makian, meluapkan kebenciannya yang berurat berakar terhadap orang Korea. Insiden itu menyadarkan Jonathan akan suatu fakta menyakitkan bahwa semua upayanya untuk pindah dan membaur tidak bisa membebaskannya dari cengkeraman prasangka.
Pengalaman Jonathan merupakan potret realitas yang suram: Prasangka ada di seluruh pelosok bumi.  Dapat dikatakan, di mana ada manusia, di situ ada prasangka.
Walaupun prasangka ada di mana-mana, banyak orang mengutuknya. Sungguh ironis. Bagaimana mungkin sesuatu yang sangat dibenci bisa begitu umum? Jelas, banyak orang yang tidak menyukai prasangka tidak sadar bahwa prasangka juga ada dalam diri mereka. Bagaimana dengan Anda sendiri?

MASALAH PRIBADI

Entah kita menyadarinya atau tidak, mendeteksi prasangka dalam hati kita adalah hal yang sulit. Alkitab menjelaskan alasannya, ”Hati lebih licik daripada apa pun juga.” (Yeremia 17:9) Jadi, kita bisa saja menipu diri dengan menganggap bahwa kita toleran terhadap orang-orang dari berbagai kalangan. Atau, kita mungkin berdalih bahwa kita punya alasan yang sah untuk berpandangan negatif terhadap golongan tertentu.
Bagaimana perasaan Anda jika berada dalam situasi ini?


Untuk memeriksa apakah kita mungkin menyimpan prasangka, bayangkan situasi berikut: Anda sedang berjalan sendirian di kegelapan malam. Dua pemuda yang tidak dikenal berjalan ke arah Anda. Mereka tampak kekar, dan salah satunya terlihat memegang sesuatu.
Apakah Anda akan merasa terancam? Memang, Anda mungkin punya pengalaman yang membuat Anda merasa harus lebih waspada. Namun, apakah hal itu lantas membuat Anda boleh menyimpulkan bahwa kedua pemuda itu berniat jahat? Pertanyaan yang lebih menentukan adalah, Orang dari suku apa mereka dalam bayangan Anda? Jawabannya bisa mencerminkan isi hati Anda. Hal itu dapat menyingkapkan bahwa sampai taraf tertentu, benih prasangka telah berakar dalam hati Anda.
Kalau kita mau jujur, kita semua sedikit banyak memendam prasangka di lubuk hati kita. Alkitab sendiri menyebutkan satu bentuk prasangka yang sangat umum, ”Manusia menilai orang lain berdasarkan rupa mereka.” (1 Samuel 16:7, Contemporary English Version) Karena kita semua terjangkiti kecenderungan ini—yang sering kali berujung bencana—apakah mungkin untuk mengalahkan atau menyingkirkan prasangka? Dan, apakah kita akan pernah merasakan dunia yang bebas dari prasangka?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar