Rabu, 23 Januari 2013

Kebangkitan Yesus—Apakah Benar-Benar Terjadi?

 


HERODOTUS, seorang sejarawan Yunani yang hidup 2.500 tahun yang lalu, bercerita tentang kebiasaan orang Mesir pada zamannya. Ia menulis, ”Di pesta orang-orang kaya, setelah makan malam, seorang pelayan akan membawa sebuah patung kayu yang dipahat dan dicat menyerupai mayat di dalam peti. Patung setinggi satu atau dua hasta itu akan diperlihatkan kepada setiap tamu, dan si pelayan akan mengatakan, ’Minum dan bersenang-senanglah, tetapi lihat ini; sebab seperti inilah jadinya kalian sewaktu mati.’”

Pandangan seperti itu soal kehidupan dan kematian bukan hanya dimiliki orang Mesir. Dewasa ini, ungkapan ”Makan, minum, dan bersenang-senang” sudah menjadi semacam slogan. Jika kematian adalah akhir, kenapa tidak hidup sepuasnya? Untuk apa berusaha berbuat baik? Jika kematian memang mengakhiri segalanya, penalaran di atas tentu masuk akal. Rasul Paulus juga menyatakan hal itu sewaktu menggambarkan sikap orang-orang yang tidak memercayai kebangkitan. Ia mengatakan, ”Jika orang mati tidak akan dibangkitkan, ’marilah kita makan dan minum, sebab besok kita akan mati.’”1 Korintus 15:32.
Tentu saja, Paulus sendiri tidak menganut pandangan tersebut. Ia yakin bahwa orang mati dapat hidup kembali dan tidak akan mati lagi. Keyakinan itu didasarkan atas sebuah peristiwa yang sangat penting, yang menurut Paulus benar-benar terjadi—kebangkitan * Kristus Yesus. Malah, kebangkitan ini bisa dikatakan sebagai peristiwa terbesar yang menguatkan iman para pengikut Yesus.
Namun, apa arti kebangkitan Yesus bagi kita sekarang? Bagaimana kita bisa yakin bahwa peristiwa itu  pernah terjadi? Mari kita lihat argumen Paulus tentang hal ini dalam suratnya kepada orang Kristen di Korintus.

SEANDAINYA KRISTUS TIDAK DIBANGKITKAN

Beberapa orang Kristen di Korintus kuno meragukan kebangkitan Yesus, dan yang lain bahkan sama sekali tidak memercayai kebangkitan. Dalam suratnya yang pertama kepada orang Kristen di sana, Paulus memberitahukan apa saja akibatnya jika kebangkitan Yesus tidak pernah terjadi. Ia menulis, ”Jika memang tidak ada kebangkitan orang mati, Kristus juga tidak dibangkitkan. Namun jika Kristus tidak dibangkitkan, pemberitaan kami tentu sia-sia, dan iman kita sia-sia. Lagi pula, kami pun menjadi saksi-saksi palsu tentang Allah . . . Imanmu tidak ada gunanya; kamu masih berada dalam dosa-dosamu. . . . Mereka yang tidur dalam kematian dalam persatuan dengan Kristus, juga binasa.”1 Korintus 15:13-18.
”Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus . . . Setelah itu ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul; namun yang paling akhir ia menampakkan diri juga kepadaku.”1 Korintus 15:6-8
Paulus memulai dengan pernyataan yang tidak dapat dibantah: Jika orang mati tidak dibangkitkan, itu berarti Kristus juga tidak dibangkitkan. Seandainya Kristus tidak dihidupkan kembali, pemberitaan kabar baik pun sia-sia, sebuah kebohongan besar. Padahal, kebangkitan Kristus adalah elemen penting iman Kristen, bagian yang tak terpisahkan dari beberapa ajaran dasar Alkitab tentang kedaulatan Allah, nama-Nya, Kerajaan-Nya, dan keselamatan manusia. Jika kebangkitan itu tidak pernah terjadi, berita yang disampaikan oleh Paulus dan para rasul lain tidak akan ada artinya, kata-kata kosong belaka.
Ada lagi konsekuensi lainnya. Jika Kristus tidak pernah dibangkitkan, iman Kristen akan sia-sia karena didasarkan atas kebohongan. Dan, itu berarti Paulus dan yang lainnya juga berdusta tentang pribadi yang membangkitkan Yesus, Allah Yehuwa. Lebih jauh lagi, pernyataan bahwa Kristus telah ”mati bagi dosa-dosa kita” juga tidak benar—karena jika Sang Juru Selamat saja tidak diselamatkan dari belenggu kematian, bagaimana mungkin ia menyelamatkan orang lain? (1 Korintus 15:3) Artinya, orang Kristen yang telah mati dan memercayai kebangkitan, termasuk para martir, mati sia-sia.
Paulus menyimpulkan, ”Jika dalam kehidupan ini saja kita berharap kepada Kristus, dari antara semua orang, kitalah yang paling patut dikasihani.” (1 Korintus 15:19) Paulus, seperti orang Kristen lain, telah merasakan kehilangan, penganiayaan, penderitaan, dan menghadapi kematian karena ia memercayai kebangkitan dan hal-hal yang berhubungan dengan itu. Betapa sia-sia semuanya jika kebangkitan hanyalah cerita bohong!

MENGAPA ANDA BISA PERCAYA


Paulus benar-benar memercayai kebangkitan. Ia tahu bahwa Yesus telah dihidupkan dari antara orang mati, dan ia merangkumkan bukti-buktinya bagi orang Korintus,”yaitu bahwa Kristus mati bagi dosa-dosa kita sesuai dengan Tulisan-Tulisan Kudus; dan bahwa ia dikuburkan, ya, bahwa ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan Tulisan-Tulisan Kudus; dan bahwa ia menampakkan diri kepada Kefas, kemudian kepada kedua belas murid itu.” * Paulus selanjutnya menambahkan, ”Setelah itu ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus, yang sebagian besar di antaranya masih ada sampai sekarang, tetapi beberapa telah tidur dalam kematian. Setelah itu ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul; namun yang paling akhir ia menampakkan diri juga kepadaku.”1 Korintus 15:3-8.
Paulus mengatakan dengan yakin bahwa Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita, dikuburkan, dan  dibangkitkan. Mengapa Paulus bisa begitu yakin? Salah satunya karena adanya banyak saksi mata. Yesus yang telah dibangkitkan menampakkan diri kepada orang perorangan (termasuk Paulus sendiri), beberapa kelompok orang, dan bahkan kepada 500 orang, yang banyak di antaranya merasa ragu ketika mendengar bahwa Yesus telah dibangkitkan! (Lukas 24:1-11) Kebanyakan dari saksi mata itu masih hidup pada zaman Paulus dan dapat dimintai keterangan. (1 Korintus 15:6) Pernyataan satu atau dua orang saksi bisa saja sulit dipercaya, tetapi pernyataan 500 orang lebih tentu tidak mungkin diabaikan.
Selain itu, dua kali Paulus menyebutkan bahwa kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus ”sesuai dengan Tulisan-Tulisan Kudus”. Peristiwa-peristiwa itu meneguhkan bahwa berbagai nubuat tentang Mesias dalam Kitab-Kitab Ibrani tergenap, sehingga Yesus terbukti sebagai Mesias yang dijanjikan.
Meskipun ada berbagai bukti dari para saksi mata dan Tulisan Kudus, dari dahulu sampai sekarang masih ada orang-orang yang meragukan kebangkitan Yesus. Beberapa mengatakan bahwa murid-murid Yesus mencuri mayatnya, kemudian mengaku melihat Yesus yang dibangkitkan. Namun, murid-murid sama sekali bukan tandingan para prajurit Romawi yang berjaga di depan makam. Yang lainnya mengatakan bahwa wujud Yesus yang dilihat murid-murid hanyalah ilusi. Tetapi, Yesus menampakkan dirinya kepada banyak orang pada saat yang berbeda-beda. Selain itu, mungkinkah sebuah ilusi sanggup memasak dan menyajikan ikan, seperti yang Yesus lakukan di Galilea setelah ia dibangkitkan? (Yohanes 21:9-14) Apakah sebuah ilusi akan meminta orang lain menyentuhnya?Lukas 24:36-39.
Banyak yang menuduh bahwa kebangkitan hanyalah tipuan yang diciptakan oleh para murid. Namun,  apa untungnya bagi mereka? Karena memberikan kesaksian tentang kebangkitan, para murid diejek, dianiaya, dan dibunuh. Mungkinkah mereka rela diperlakukan seperti itu hanya demi sebuah kebohongan? Malah, mereka pertama kali membicarakannya di Yerusalem, langsung di hadapan para penentang yang siap menghalalkan segala cara untuk menghukum mereka.
Kebangkitan itu justru memberikan keberanian kepada murid-murid untuk bersaksi tentang Yesus walaupun mereka menghadapi penganiayaan yang sangat hebat. Orang Kristen abad pertama tidak mempertaruhkan kehidupan hanya demi memberikan kesaksian tentang kematian seorang guru agung. Mereka mempertaruhkan nyawa demi mengumumkan kebangkitan Yesus karena itu membuktikan bahwa dialah Kristus, Putra Allah yang hidup dan berkuasa, yang mendukung serta membimbing mereka. Kebangkitan Yesus menjadi jaminan kebangkitan mereka. Fakta tentang kebangkitan menjadi bagian utama iman Kristen. Jika Yesus tidak dibangkitkan, tidak ada Kekristenan. Jika Yesus tidak dibangkitkan, kita mungkin bahkan tidak akan pernah mendengar namanya.
Nah, apa arti kebangkitan Kristus bagi kita sekarang?






Tidak ada komentar:

Posting Komentar